..... Saya ini bekas aktivis mahasiswa tahun 1977. Jadi saya tahu persis bagaimana kondisi rakyat!(nada suaranya meninggi).
Well itu sedikit cuplikan dari wawancara yag dilakukan oleh
Media Indonesia dengan Nizar Dahlan [Wakil ketua BURT DPR].
Yang menarik dari ungkapan ini bukan melulu tentang kegiatan studi banding BURT ke luar negeri ...
pun studi banding [baca:melancong] itu telah mendapat kecaman banyak pihak. Studi banding [baca: studi banding] merupakan salah satu sarana yang efektif untuk pembelajaran oleh sebab itu memang patut dilakukan selama masih dalam batas kewajaran dan pertimbangan yang matang.
Yang menarik dari ungkapan ini bukan tentang aktivitas yang dilakukan oleh para aktivis mahasiswa tahun 1977,
bukan pula tentang seorang Nizar Dahlan, "seorang biasa" yang menjadi "wakil rakyat".
Yang menarik dari ungkapan ini adalah sebuah potret dari "kebanyakan" pejabat yang duduk dikahyangan negara ini. Kebanyakan dengan tanda kutip karena aku terus terang aja tidak bisa memberikan angka konkrit persentase golongan itu. Kebanyakan dan bukan pula beberapa karena menunjukkan pesimisme mas alit sebagai kalangan bawah yang katanya suaranya telah diwakilkan ....
well back to our topic ... potret ... potret yang dimaksud disini menggambarkan seekor katak dalam tempurung dengan mata tertutup yang tidak pernah melihat perubahan pada dunia sekitar.
Sebenarnya apa relasinya antara aktivis mahasiswa tahun 1977 [baca:
tahun jebot] dengan mengetahui keadaan rakyat [baca:
keadaan terkini daripada rakyat]? hasilnya mungkin sama dengan mencari relasi antara jumlah dukun beranak dengan jumlah kelahiran di dunia .... alias gak nyambung lah yaw.
Disinilah potret yang dimaksud, ... bahwa terkadang [baca: seringkali] para pejabat tidak mau belajar dan turun kelapangan dan menganggap bahwa mereka jauh lebih tahu keadaan rakyat dibandingkan rakyat itu sendiri.
Dooh celakalah negara ini kalau pejabatnya seperti ini, mungkin para pejabat itu lupa atau tidak tahu dengan kisah seorang kepala pemerintahan Islam yang bernama
Umar, yang selalu berkeliling untuk mengetahui keadaan rakyatnya. Umar menyadari bahwa rakyatnya itu dinamis dan juga menyadari bahwa laporan tertulis tentang keadaan rakyat tidak menggambarkan keadaan rakyat yang sebenarnya.
Gimana mo bicara tentang sampah, wong rumahnya istana and jauh dari TPA ...
Gimana mo bicara tentang mengatasi kemacetan, wong mo belanja aja dibukain jalan ama PM ...
Gimana mo bicara tentang keinginan rakyat kecil, wong yang ditemuin itu para pengusaha, ketemuan tingkat RT ya gak level ...
Gimana mo bicara tentang mengatasi kenaikan harga, wong makanan dirumah terjamin, ke pasar aja gak pernah (hayo pak tau gak bedanya harga tahu tanpa jaminan bebas formalin ama tahu yang ada jaminannya?)
*huff
well tulisan ini gak bermaksud memprovokasi or menjelekkan pejabat, yang dijelekkan adalah pejabat yang memenuhi syarat sebagaimana termaktub dalam contoh diatas.